Hindun binti ‘Utbah ra., Hati yang Luluh di Jalan Allah

Penulis: Ummu Naira

Muslimah News, KISAH INSPIRATIF – Bagaimana bisa orang yang dulunya sangat benci kepada Islam kemudian berubah 180 derajat menjadi pembela Islam di garda terdepan? Kun fa yakun! Itulah yang terjadi pada cerita hidup Hindun binti ‘Utbah ra..

Begitulah kuasa Allah Swt. membolak-balikkan hati manusia. Hindun binti ‘Utbah ra. memendam permusuhan yang sangat hebat kepada kaum muslimin, apalagi kepada Rasulullah ﷺ. Bahkan, ia rela mengorbankan harta dan semua yang dimilikinya untuk menghalangi dakwah tauhid Rasulullah ﷺ.

Adalah Hindun binti ‘Utbah bin Rabi’ah bin Abdul Syams Al-‘Absyamiyyah Al-Qurasyiyyah. Seorang perempuan Arab yang sangat terkenal, baik sebelum periode Islam maupun setelahnya. Ia adalah ibunda Khalifah Bani Umayyah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra. Ia perempuan pemberani, memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, tekadnya kuat, cerdas dan memiliki kepribaIan yang kuat.

Hindun pernah menikah dua kali. Yang pertama dengan Al-Fakih bin Al-Mughirah Al-Makhzumi, seorang pemuda Quraisy yang terpandang. Namun, karena suaminya memiliki perangai tidak baik, Hindun bercerai dengannya. Dari pernikahan ini Hindun mendapat seorang putra bernama Aban.

Setelah itu, Hindun menikah dengan Abu Sufyan bin Harb dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Mu’awiyah dan ‘Utbah. Pada masa inilah Islam mengalami kejayaan di jazirah Arab. Namun sayangnya, Hindun dan suaminya tidak mau menerima kebenaran Islam dan menolak masuk Islam.

Bahkan, Ia bersama suaminya membuat makar jahat untuk menghancurkan Islam hingga ke akar-akarnya.

Puncak permusuhannya terjadi setelah perang Badar. Dalam peristiwa perang Badar, pasukan Quraisy kalah telak. Allah Swt. memberi pertolongan kepada kaum muslimin dengan menurunkan para malaikat yang ikut bertempur untuk membantu mereka.

Dalam perang ini ’Utbah, Syaibah dan Al-Walid bin ‘Utbah yang merupakan ayah, paman, dan saudara kandungnya, tewas di tangan Hamzah, paman Nabi ﷺ. Setelah kejaIan itu, tidak ada yang dipikirkan Hindun kecuali membalas dendam.

Momen pembalasan dendam itu pun datang. Pasukan Quraisy sebanyak 3.000 orang dengan panglima tertinggi Abu Sufyan bin Harb bertolak ke Uhud. Seorang budak bernama Wahsyi dipersiapkan khusus untuk membunuh Hamzah. Wahsyi sangat ahli dalam melempar tombak. Sebagai imbalan, Wahsyi akan dimerdekakan dari statusnya sebagai budak jika berhasil membunuh Hamzah. Selain itu, juga akan diberi perhiasan-perhiasan mahal.

Ketika perang Uhud berkecamuk, perempuan-perempuan Quraisy di bawah pimpinan Hindun binti ‘Utbah menyelinap di antara barisan tentara sambil menabuh rebana untuk membangkitkan semangat pasukan dan mengobarkan api perang. Mereka berteriak kepada segenap pasukan dengan puisi-puisi yang membakar hati.

Di pihak kaum muslimin, Singa Allah (julukan Hamzah ra.) berapi-api di arena pertempuran. Sesaat kaum muslimin tampak menang. Namun sayang, para pemanah di atas bukit meninggalkan posisi mereka dan turun ke arena pertempuran untuk mengumpulkan harta rampasan yang telah ditinggalkan oleh pasukan musuh yang kalah.

Saat pasukan kaum muslimin lengah, tiba-tiba dari arah belakang muncul pasukan berkuda Quraisy menghabisi kaum muslimin. Kaum muslimin kocar-kacir. Hamzah meningkatkan kekuatan dan serangannya terhadap orang-orang musyrik. Namun ternyata, Wahsyi mengintai Hamzah.

Wahsyi berlindung di belakang sebatang pohon atau batu untuk menunggu jarak Hamzah semakin dekat dengannya. Wahsyi melemparkan tombaknya mengenai perut Hamzah hingga tembus ke belakang. Hamzah telah gugur di medan Uhud. Sadisnya, para perempuan Quraisy –termasuk Hindun- merusak tubuh-tubuh pasukan muslim yang telah gugur dengan cara yang sangat biadab.

Setelah itu, Hindun naik ke puncak batu yang cukup besar, lalu berteriak sekeras-kerasnya, “Kami telah membalas kekalahan pada perang Badar. Kecamuk perang kedua lebih dahsyat dari perang pertama. Aku tidak kuasa menahan kepedihan atas kematian ‘Utbah Juga karena kehilangan saudara, paman, dan putra pertama. Pupus sudah kesumat yang menggelora di dalam dada, Wahsyi telah melampiaskan rasa sakit di dalam hati.”

Hindun tetap mempertahankan kesyirikannya selama lebih dari 20 tahun sampai Alah Swt. membuka pintu hatinya untuk menerima Islam saat peristiwa pembebasan kota Makkah.

Aisyah ra. menuturkan, Hindun datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, selama ini tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah membinasakannya daripada golonganmu. Tetapi, hari ini, tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah memuliakannya, daripada golonganmu.” Rasulullah ﷺ membalas, “Begitu juga aku. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya.” (HR Muslim)

Kepribadian Hindun binti ‘Utbah ra. sangat jarang dimiliki perempuan lain. Ketika hidayah datang kepadanya, Ia langsung dapat memupus noda-noda jahiliahnya. Hatinya luluh. Ia tampil sebagai sosok sahabat perempuan yang sangat istimewa. Allah Swt. membersihkan jiwanya dari kedengkian dan kebencian serta menyingkap pikirannya dari tabir jahiliah.

Sesaat setelah menyatakan masuk Islam, Ia langsung mengambil palu dan menghancurkan berhala yang ada di dalam rumahnya sampai hancur berkeping-keping seraya berkata, “Selama ini, kami terpedaya olehmu.”

Hindun binti ‘Utbah ra. menjadi seorang ahli ibadah, rajin salat malam dan berpuasa. Ia sangat konsisten dengan status barunya (muslimah) sampai tiba saat yang membawa kegelapan bagi seluruh bumi ini, yaitu saat Rasulullah ﷺ wafat.

Hindun sangat terpukul karena merasa terlalu lama dirinya memusuhi Rasulullah ﷺ dan baru menerima Islam beberapa saat yang lalu. Namun demikian, Hindun ra. tetap mempertahankan keislamannya dengan baik.

Setelah Rasulullah ﷺ wafat, ia tetap menjadi ahli ibadah dan menjaga janji setia yang pernah diucapkannya di hadapan Rasulullah ﷺ saat baiat di atas bukit Shafa. Semoga Allah meridainya. Amin. Wallahualam. [MNews/Has]

Sumber foto: iStock

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *